Sabtu, 23 April 2011

Manajemen Operasional

BAB I
PENDAHULUAN
Persaingan di Indonesia maupun di Dunia, dewasa ini tampak sedang meningkat. Hal ini menyebabkan manajemen di seluruh dunia menjadi pemikiran pokok dan kompetitif. Jika suatu perusahaan ingin perusahaannya memperoleh laba, dapat berjalan lancer dan dapat tetap bertahan di Dunia bisnis mereka harus benar – benar memikirkan secara matang cara kerja, tenaga kerja dll dalam memanajemen perusahaan tersebut. Mereka harus dapat menerima masukan – masukan dari konsumen atau pihak – pihak yang terkait dan harus dapat mempelajari inti – inti manajemen yang baik, agar perusahaan mereka terus berkembang di masa yang akan datang.
Bagi pengusaha yang bekerja di Negara – Negara yang ekonominya yang sedang berkembang, diharuskan memiliki manajemen atau cara kerja yang efisien, dan memiliki strategi pemasaran untuk menembus dinding persaingan yang sedang meningkat pada saat ini.
Berdasarkan pernyataan – pernyataan yang tertera diatas, penulis ingin mengetahui seluk beluk pemasaran dari Pemastian Mutu dan Strategi Pemanfaatan Faktor – faktor Produksi Dalam Perusahaan.











1.1 Pembatasan Masalah
Pada penulisan ini penulis membatasi masalah pada latar belakang dan permasalahan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan dan pembatasan masalah diatas perumusan masalah penulisan adalah sebagai berikut :
1. Definisi Manajemen Mutu
2. Perkembangan Manajemen Mutu
3. Model Manajemen Mutu Menurut Para Ahli
4.
1.3 Tujuan Penulisan
Tugas ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak pernah didapat dalam proses mengajar di suatu lembaga pendidikan tentang seluk – beluk pemasaran dari suatu perusahaan – perusahaan terbesar dalam tingkat nasional maupun internasional.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Data – data dikumpulkan melalui media cetak dan elektronik. Seperti : Buku, Internet dll.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
1.1 Pembatasan Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Pengumpulan Data
1.5 Sistematika Penulisan
Bab II : Pembahasan
II.1 Arti dan tujuan Pengawasan Kualitas
II.2 Pandangan konsumen atas Mutu
II.3 Pelaksanaan Pengawasan Kualitas
Bab III : Kesimpulan dan Saran
Bab IV : Referensi



BAB II
Pembahasan
II.1 Definisi Mutu/Kualitas (Quality)
MUTU/KUALITAS:
• sesuatu yang yang dapat disempurnakan dan memiliki nilai yang bisa ditawarkan kepada konsumen (Masaaki Imai).
• Kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. (J.M.Juran)
• Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness.(Crosby)
• “Suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan,orang,proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. (David L.Goetsch dan Stanley David)
• Keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dintakan secara tegas maupun tersamar. (ISO 8402 & SNI 19-8402-1991)
ISTILAH LAIN :
• Kendali mutu : cara untuk memproduksi barang dan jasa secara ekonomis sesuai dengan keinginan pelanggan.
• Gugus kendali mutu : suatu kelompok kecil yang dengan sukarela melaksnakaan kegiatan pengendalian mutu ditempat kerja yang melakukan pekerjaannya secara berkesinambungan sebagai bagian dari program di seluruh perusahaan dibidang pengendalian mutu, pengembangan diri, pendidikan bersama, pengendalian arus dan penyempurnaan ditempat kerja.
• Pemastian mutu : menjamin bahwa mutu produk memuaskan, dapat dipercaya tetapi ekonomis bagi pelanggan.
• Penyebaran mutu :teknik untuk menyebarkan persyaratan pelanggan kedalam desain karakteristik dan menyebarkan kedalam sub-sistem seperti komponen, suku cadang dan proses produksi.
• Manajemen jepang Mutu diistilahkan KAIZEN sesuatu yang yang bisa “disempurnakan” secara berkesinambungan sehingga identik dengan istilah kendali mutu, pengendalian mutu statistical, gugus kendali mutu.

II.2 Perkembangan Manajemen mutu
Masa pertama (70-an)
1. Pasar berkembang dengan pesat
2. konsumen semakin kritis terhadap produk
3. SDM murah dan berlimpah, tetapi sedikit sekali tingkat kualitasnya.
4. kepercayaan bahwa sukses dengan produk yang dieprbaiki dapat memperbaiki kelambanan operasional tradisional
5. Mananjemen lebih mengutamakan peningkatan penjualan daripada penguranagan biaya.
Situasi baru (200-an)
1. peningkatan tajam biaya material, energi dan karyawan.
2. sarana produksi yang melebihi kapasitas
3. Peningkatan persaingan antar perusahaan dengan pasar yang jenuh
4. Perubahan nilai pelanggan yang menuntut mutu yang lebih baik.
5. Kecenderungan untuk lebih cepat yang memperkenalkan produk baru
6. Kecenderungan untuk menurunkan titik inpas
II.3 Model Manajemen mutu menurut para ahli :
Menurut Philip B. Crosby.
Memperkenalkan empat dimensi manajemen mutu :
• Mutu : kesesuaian dengan kebutuhan.
• System pencapaian mutu : pendekatan rasional untuk mencegah cacat atau kesalahan.
• Standar performansi : standar performansi perusahaan atau organisasi yang mempunyai orientasi mutu adalah tidak ada keslahan (zero depect)
• Pengukuran : pengukuran performansi yang digunkaan adalah biaya mutu (biaya pemuangan dan pekerjaan ulang produk cacat, biaya persediaan, biaya inspeksi dan pengujian)
Selain memperkenalkan 14 langkah perbaikan mutu :
• Komitmen manajemen
• Tim perbaikan mutu
• Pengukuran mutu
• Biaya evaluasi mutu
• Kesadaran mutu
• Tindakan koreksi
• Dewan insidentil untuk program pencegahan cacat (zero depect)
• Pelatihan bagi supervise.
• Hari-hari yang bebas cacat (zero depect day)
• Menyusun sasaran atau tujuan
• Kesalahan mengebabkan adanya perubahan.
• Pengenalan
• Dewan mutu
• Kerjakan semua itu secara berulang
Joseph M. juran, Ph.D
Memperkenalkan dua proses mutu yang meliputi :
1. perencanaan mutu (Quality planning)
 identifikasi pelanggan.
 Menentukan kebutuhan pelanggan.
 Mengembangkan karakteristik produk
 Menyusun sasaran mutu
 Mengembangkan proses mewnghasil produk sesuai karakteristik.
2. pengendalian mutu (Quality control) :
• memilih subjek atau dasar pengendalian.
• Memilih unit pengukuran
• Menyusun pengukuran
• Menyusun standar performansi
• Mengukur performansi yang sesungguhnya.
• Menginterretasikan perbedaan antara standar dengan data nyat
• Mengambil tindakan atas perbedaan tersebut.
Perspektif mutu menurut David A Garvin
• Performance : kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
• Feature : cirri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karkateristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan baik bagi pelanggan.
• Reliability : kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya atau karena kemungkinan rusaknya rendah.
• Conformance : keseuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauhmana karakteristik desain dan operasi memmenuhi standar yang telah ditetapkan.
• Durability : tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
• Serviceability : kemudhaan produk itu bila akan diperbaiki atau kemudhaan memperoleh komponen produk tersebut.
• Aesthetic : keindhaan atau daya tarik produk tersebut.
• Perception : fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri.
KONSEP TOTAL QUALITY MANAGEMENT.
Tujuan utama : terjadi perubahan culture baru perusahaan antara lain :
• Dari kerahasiaan menjadi komunikasi terbuka antar seluruh anggota organisasi.
• Dari pengendaliaan menjadi pemberdayaan
• Dari inspeksi menjadi pencegahan
• Dari focus internal menajdi focus eksternal
• Dari biaya dan penjadwalan menjadi keseusian terhadap mutu
• Dari stabilitas menjadi perubahan dan perbaikan secara terus mnerus.
• Dari hubungan yang tadinya sifatnya persiangan menjadi hubungan kerjasama.
• Dari pengalokasian dan melemparkan hal-hal yang tidak diketahui menjadi penyelesian sampai keakar-akarnya.
ELEMEN KRITIS TQM :
• Kepemimpinanan dan komitmen (leadership & comitment)
• Keterlibatan seluruh karyawan (full employee involvement)
• Perencanaan yang baik (good planing)
• Strategi pelaksanaan (implementation startegy)
• Pengukuran dan evaluasi (measurement & evaluation)
• Pengendalian dan perbaikan (control & improvement)
• Mencapai dan mempertahankan standar kesempurnaan. (achieving &maintaining standard of excellence)
Hambatan dalam Penerapan TQM
• Bila filosofi dipandang sebagai suatu kegiatan yang membutuhkan waktu.
• Bila filosofi TQM diterapkan dalam suatu lingkungan yang birokratis
• Bila filosofi TQM dipandang sebagai suatu program yang dilaksanakan secara formal.
• Bila filosofi TQM dilaksanakan secara kaku
• Bila filosofi TQM dipandang tidak berhubungan dengan orang atau personil
• Bila filosofi TQM dipnadang sebagi hanya dilakukan untuk sekelompok orang ahli atau spesialis.





BAB III
Kesimpulan

Manajemen di seluruh dunia menjadi pemikiran pokok dan kompetitif. Jika suatu perusahaan ingin perusahaannya memperoleh laba, dapat berjalan lancer dan dapat tetap bertahan di Dunia bisnis mereka harus benar – benar memikirkan secara matang cara kerja, tenaga kerja dll dalam memanajemen perusahaan tersebut. Mereka harus dapat menerima masukan – masukan dari konsumen atau pihak – pihak yang terkait dan harus dapat mempelajari inti – inti manajemen yang baik, agar perusahaan mereka terus berkembang di masa yang akan datang.
Selain itu perlu memperhatikan aspek-aspek pendudukung yaitu adalah: 1. Mutu atau kualitas sesuatu yang yang dapat disempurnakan dan memiliki nilai yang bisa ditawarkan kepada konsumen (Masaaki Imai). Sehingga produk yang kita jual dapat diterima oleh masyarakat 2. Konsep total quality management yang menekankan pada perbaikan manajemen perusahaan yang mengingkat kedalam sehingga kualitas SDM dan Produk yang dihasilkan menjadi lebih baik.

Saran
Untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi juga management yang baik perlu terjalin kerjasama yang baik antara SDM ( sumber daya manusia ) juga bahan baku yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Pemilihan supplier dan tenaga kerja yang handal perlu di lakukan juga management perusahaan tersebut harus terorganisir dengan baik, juga kesejahteraan karyawan perlu diperhatian demi terciptannya management yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar