Selasa, 01 Mei 2012


SEJARAH MATA UANG EURO
Uni Eropa adalah sebuah organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang terdiri dari negara-negara Eropa, sejak 1 januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota. Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan Perjanjian Maastricht) pada 1992. Dari pergantian namanya dari "Masyarakat Ekonomi Eropa" ke "Masyarakat Eropa" hingga ke "Uni Eropa" menandakan bahwa organisasi ini telah berubah dari sebuah kesatuan ekonomi menjadi sebuah kesatuan politik. Kecenderungan ini ditandai dengan meningkatnya jumlah kebijakan dalam UE.
Pembentukan mata uang Euro dan Perjanjian Maastricht terkait dengan adanya suatu kesepakatan dalam pertemuan negara-negara Eropa di Roma pada taun 1957 yang merencanakan terbentuknya pasar bersama dan penyatuan militer. Perencanaan ini diharapkan dapat berfungsi ganda yaitu, meningkatkan perdagangan dan usaha perlindungan terhadap negara-negara Eropa dari kerugian hasil Dollar dalam sistem moneter internasional. Euro adalah mata uang yang dipakai di 17 negara anggota Uni Eropa. Secara giral, mata uang ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara fisik baru dipakai pada tanggal 1 Januari 2002.
Euro dari satu negara boleh dipakai di  Negara Eropa yang bergabung dalam mata uang tunggal euro  yang lain.Walaupun uang kertas Euro rupanya sama, tetapi ada juga perbedaan kecil, yaitu nomornya, sehingga bisa diketahui asalnya dari negara yang mana. Di Jerman nomornya mulai dengan X, Irlandia nomornya mulai dengan T, Belanda nomornya mulai dengan P, Yunani nomornya mulai dengan Y, Perancis nomornya mulai dengan U, Austria nomornya mulai dengan N, Finlandia nomornya mulai dengan L, Belgia nomornya mulai dengan Z, Italia nomornya mulai dengan S, Portugal nomornya mulai dengan M. dan  Spanyol nomornya mulai dengan V.
Ada tujuh-belas negara anggota Uni Eropa yang menggunakan Euro sebagai mata uang. Wilayah pengguna mata uang ini disebut sebagai Zona Euro. Sebelas negara pertama mulai menggunakan sejak awal 1999. Yunani menjadi pengguna ke-12 sejak awal 2001. Mulai tanggal 1 Januari 2007 Slovenia turut bergabung. Siprus dan Malta menggunakan sejak 1 Januari 2008. Yang terakhir adalah Slovakia, yang bergabung mulai 1 Januari 2009. Negara-negara pengguna mata uang ini adalah : Jerman, Irlandia, Belanda, Perancis, Luxemburg, Austria, Finlandia, Belgia, Italia, Portugal, Spanyol, Yunani, Slovenia, Siprus, Malta, Slowakia dan Estonia. Selain itu beberapa negara kecil juga memakai Euro: Andorra, Monako, San Marino dan Vatikan. Beberapa daerah juga diperbolehkan memakai Euro sebagai mata uang: Montenegro dan Kosovo.
Implikasi Mata Uang Euro Terhadap Keuangan dan Bisnis Internasional
European Economic and Monetary Union (EMU) dibentuk sebagai alat yang dapat digunakan untuk mewujudkan full economic integration yang bertujuan agar Uni Eropa dapat menciptakan Pasar Tunggal Eropa yang memiliki kapabilitas untuk berperan sebagai suatu blok perdagangan yang handal dalam menghadapi persaingan global. Secara umum kerangka pembangunan EMU mencakup pengembangan institusional dengan membentuk beberapa lembaga seperti EMI (Europe Monetary Institute), ECB (Europe Cental Bank) beserta sistemnya yang disebut ESCB (European System of Central Bank) dengan spesifikasi: ESCB untuk menciptakan stabilitas harga, ECB sebagai pengendali penyatuan moneter Eropa, dan EMI untuk mempesiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan otoritas moneter Uni Eropa.
Potensi Ekonomi EMU terhadap Uni Eropa
Ada beberapa bentuk keuntungan ekonomi yang diharapkan akan dapat diperoleh dengan diberlakukannya EMU ialah adanya potensi untuk meningkatan mobilitas modal, peningkatan sumber daya, penghapusan batasan ekonomi di Eropa, meningkatkan ekspor, mengurangi pengangguran, meningkatkan kerjasama regional Uni Eropa dan mendapatkan kestabilan kondisi sosial negara-negara Uni Eropa.
Berbagai keuntungan yang diperoleh dari pembentukan EMU di sektor perdagangan internasional, investasi maupun industri pada dasarnya hanya akan terealisasi pada saat diterapkannya pengelolaan yang amat baik oleh negara-negara anggota Uni Eropa yang juga tergabung dalam EMU. Keuntungan-keuntungan ini tidak hanya akan terlihat dari pemberlakuan suku bunga, akan tetapi juga dari perkembangan GDP yang terjadi tiap tahunnya.

Potensi Ancaman Euro terhadap Dollar
Kehadiran Euro sebagai alat transaksi perdagangan cross-border di kawasan Eropa bagi negara-negara Uni Eropa diharapkan akan dapat mengurangi ketergantungan terhadap Dollar Amerika Serikat. Hal ini disebabkan dominasi peredaran Dollar Amerika Serikat tidak hanya di kawasan Eropa namun juga di dunia internasional. Keadaan inilah yang mendasari para pemimpin untuk membentuk mata uang baru secara regional sebagai pesaing bagi Dollar Amerika Serikat dalam pergdagangan internasional.
Aksi ini merupakan suatu sikap positif dan rasional dalam menghadapi dominasi Amerika Serikat dalam pengaturan pasar dunia dan sistem moneter internasional, terutama pertukaran mata uang dan transaksi bisnis. Didasari oleh tingkat kuantitas, terlihat bahwa sektor perdagangan internasional, pertukaran mata uang dan ekspor-impor, keberadaan Euro telah bergerak ke arah terbentuknya dominasi dalam pengaturan pasar dan sistem moneter. Oleh karena itu, mata uang Euro memiliki potensi kuat untuk berperan penting dalam sistem perekonomian global, terutama sebagai penguat sistem perekonomian di negara-negara Uni Eropa untuk dapat mengimbangi kekuatan perekonomian dari Amerika Serikat.
Penetapan Kebijakan Moneter dan Fiskal
Kekuatan Dollar telah mempengaruhi terjadinya ketidakstabilan terhadap sistem moneter internasional. Dengan besarnya ketergantungan masyarakat internasional dan Eropa terhadap mata uang Amerika Serikat itu, maka kebijakan pemerintah Amerika Serikat di tahun 1976 dalam menetapkan sistem kurs mengambang telah memberikan resiko fluktuasi kepada nilai tukar dari dolar.
Beberapa tahapan yang dilakukan oleh EMU dalam menjaga stabilitas nilai mata uang Euro pada akhirnya ditujukan untuk mendukung keberadaan dan peranan Euro agar menjadi mata uang yang kompetitif dalam perdagangan internasional khususnya di kawasan Eropa. Hal ini tentunya membutuhkan usaha keras untuk menyeimbangkan keberadaannya dengan hegemoni Dollar Amerika Serikat di dunia internasional.Kebijakan moneter dan fiskal adalah pondasi dan peluang bagi Eropa dalam pembentukan mata uang tunggal Euro.
Implikasi Mata Uang Euro Terhadap Perekonomian Indonesia dan Dunia
Diberlakukannya mata uang tunggal euro, dalam jangka panjang hal tersebut akan memiliki dampak tersendiri terhadap perekonomian RI serta transaksi perdagangan ke negara-negara Uni Eropa. Dalam jangka panjang, keberadaan euro yang stabil bisa menjadi alternatif cadangan devisa RI yang selama ini selalu bergantung pada dolar AS. Euro yang stabil atau lebih kuat dari dolar dalam jangka panjang justru lebih disukai oleh para pengusaha RI yang banyak melakukan transaksi dengan negara-negara Eropa. Hal tersebut bisa mengakibatkan mereka melepas simpanan dolar yang dimiliki. Karena itu, Bank Indonesia harus mengatur kembali cadangan devisa RI sehingga tidak terlalu berat pada dolar AS. Jika nantinya transaksi perdagangan dengan Uni Eropa dilaksanakan dalam euro, BI harus memiliki cadangan euro yang cukup, terutama untuk transaksi impor. Jika dalam perjalanannya, nilai tukar euro lebih kuat dibanding dolar AS, para eksportir RI ke negara-negara Uni Eropa akan memperoleh pendapatan riel yang lebih tinggi dalam euro, karena selama ini mereka bertransaksi hanya dengan dolar US.
Kesuksesan referendum kedua bagi Traktat Nice pada bulan Oktober tahun 2002 lalu dimana 63 persen anggota Uni Eropa setuju akan perluasan keanggotaan yang nantinya akan menyatukan semua negara Eropa. Dengan disetujuinya traktat itu maka Uni Eropa akan menjadi raksasa ekonomi yang akan semakin diperhitungkan eksistensinya dalam percaturan politik dan perekonomian internasional.
Perkembangan lain yang dapat dilihat untuk menunjukkan adanya peningkatan peran Euro dalam perdagangan internasional adalah: Volum perdagangan internasional dalam hal ini Uni Eropa menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun sejak berlakunya Euro, keberhasilan ECB dalam menetapkan suku bunga pada tahun 2003 dan nilai tukar Euro yang terus menguat atas Dollar.
Dengan demikian optimisme akan peningkatan peran Euro dalam perdagangan internasional juga disebabkan, dalam penggunaannya Euro memiliki potensi yang amat besar. Menurut sebuah jajak pendapat yang dilaukan oleh lembga keuangan Amerika Serikat pada tahun 2000 diketahui bahwa 60 % responden ternyat lebih menyukai Euro daripada Dollar Ameirka Seikat yang hanya memperoleh dukungan dari 20% responden.
Namun, kemungkinan besar keseimbangan peran dan keberadaan diantara Euro dan Dollar dalam perdagangan internasional tidak pernah lepas dari adanya dukungan stabilitas militer serta peningkatan kuantitas perekonomian di negara-negara anggota Uni Eropa. Karena pada kenyataannya, di dunia internasional hegemoni sistem moneter yang sebelumnya dikendalikan Inggris dengan Poundsterlingnya pada abad 19 dapat mengalami peralihan ke Dollar, itu berarti peralihan hegemoni Dollar kepada Euro bukan suatu hal yang mustahil terjadi dalam sistem perekonomian global di masa yang akan datang.
Prospek dan Kemungkinan Kegagalan Euro
 Sejak menginjak usia ke delapan sampai kini di usia yang kedelapan belas, Euro terus kehilangan daya belinya. Terhadap emas daya beli Euro sekarang hanya kurang dari 1/3 dibandingkan dengan daya belinya ketika lahir 18 tahun lalu. Ilustrasi grafik dibawah menggambarkan situasi ini. Dibandingkan dengan US$ memang Euro masih relatif baik, tetapi ini karena US$-nya yang berkinerja sangat buruk beberapa tahun terakhir. Kinerja yang sesungguhnya dapat dilihat pada daya belinya terhadap emas yang terus merosot.
 
Kemungkinan kegagalan Euro ini menunjukkan bahwa tidak ada mata uang kertas yang mampu mempertahankan daya belinya dalam jangka menengah apalagi dalam jangka panjang. Bila Euro saja yang dilahirkan di jaman modern dengan dukungan sejumlah besar negara-negara di zona ekonomi paling maju di dunia tidak mampu mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, lantas apakah kita bisa yakin bahwa mata uang yang kekuatannya hanya mengandalkan ekonomi satu negara yang biasa-biasa saja akan mampu bertahan?
Beberapa tahun terakhir muncul krisis ekonomi di sejumlah negara Eropa seperti Yunani, Portugal, Irlandia dan Spanyol yang diwarnai dengan kelesuan dan defisit anggaran dalam jumlah besar. Seiring dengan itu, nilai tukar mata uang Euro juga melemah di banding mata uang lainnya. Kondisi itu membuat sejumlah negara seperti Jerman yang mendukung pemberian dana bantuan untuk menyelamatkan negara-negara Eropa yang terlilit utang, mengkhawatirkan membengkaknya pendanaan ini. Di sisi lain, program penyelamatan ekonomi yang dilaksanakan dengan cara pengetatan ekonomi telah menimbulkan gejolak dan protes rakyat.
Banyak pakar yang meyakini bahwa krisis ini tidak hanya melanda negara-negara seperti Yunani. Sebab, negara-negara kaya seperti Italia, Perancis dan Jerman juga dililit utang yang semakin membengkak. Tak hanya itu, negara-negara anggota Uni Eropa yang tidak menggunakan mata uang Euro juga terkena imbas dari krisis yang ada.
Badai krisis yang dialami negara-negara Eropa memiliki efek domino terhadap negara-negara Eropa lain. Negara-negara seperti Irlandia, Portugal,Hungaria dan Spanyol terseret dalam badai krisis ekonomi domestik bahkan Irlandia hingga harus mendapat suntikan dana dari otoritas moneter Eropa dan International Moneter Fondation (IMF) sebagai langkah penyelamatan Irlandia kedalam krisis yang lebih jauh. Dengan alasan, bail out dibutuhkan untuk stabilitas financial di Eropa, terutama menjaga nilai mata uang euro.
Penyatuan Mata Uang Eropa
            Perhimpunan negara-negara se-Asia Tenggara (ASEAN) mengkaji kembali wacana penyatuan mata uang tunggal dalam mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN setelah melihat krisis ekonomi yang terjadi di Eropa. Saat ini para negara ASEAN masih mempelajari mekanisme pembuatan mata uang tunggal dari benua biru tersebut. Namun, ada kemungkinan wacana mata uang tunggal ini batal direalisasikan. Alasannya, penggunaan mata uang tunggal bisa berdampak buruk bagi kondisi ekonomi bila terjadi krisis di Asia Tenggara. Pasalnya, kapasitas ekonomi di negara-negara ASEAN masih sangat beragam.
            Akibatnya, perbedaan nilai tukar mata uang negara satu dengan yang lain masih cukup tinggi. Jadi sebaiknya para pemimpin ASEAN belajar dari pengalaman zona Eropa dan masing-masing menghormati keberagaman mata uang di ASEAN ini. Sebagaimana diketahui, saat ini kawasan pengguna mata uang tunggal Eropa, yakni euro, yang terdiri atas 17 negara di Eropa, sedang dihadapkan pada krisis utang yang bejibun. Berawal dari krisis utang Yunani yang rasionya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 160%, kini beberapa negara sekawasan dihadapkan pada persoalan pelik yang sama. Hampir semua negara-negara yang tergolong dalam GIPSI (Yunani, Itali, Portugal, Spanyol, dan Irlandia) memiliki radio utang terhadap PDB berkisar 100%. Padahal ambang batas amannya adalah maksimal 60%. Alhasil, masuk akal apabila lembaga-lembaga rating internasional menurunkan peringkat utang tersebut. Pendirian mata uang tunggal ASEAN, muncul pula pandangan bahwa penerapan mata uang tunggal itu harus hati-hati. Alasannya, penggunaan mata uang tunggal akan sangat rawan jika terjadi krisis. Sebagaimana yang terjadi saat krisis tahun 2007-2008, maka negara-negara ASEAN harus membangun sistem keuangan yang jauh lebih tahan krisis.
            Pengkajian soal rencana penggunaan mata uang tunggal harus mempertimbangkan beberapa aspek berikut ini. Pertama, kesetaraan profil kinerja ekonomi. Sepuluh anggota ASEAN yang sudah ada idealnya memiliki kinerja ekonomi yang setara. Krisis utang Yunani sebagai anggota Zona Euro menjadi contoh betapa sebenarnya Yunani belum layak masuk ke Zona Euro karena kemampuan manajemen perekonomiannya masih lemah dibandingkan 16 negara lainnya. Kedua, kesamaan infrastruktur dan industri keuangan. Diantara sesama anggota ASEAN, boleh jadi hanya Singapura yang sudah memiliki infrastruktur yang amat memadai dengan industri keuangan yang lebih modern. Di bawah Singapura adalah Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina. Sementara Kamboja, Vietnam dan Timor Leste rasanya masih jauh tertinggal. Ketiga, disiplin fiskal dari masing-masing negara anggota. Harus ada kesepakatan kolegial dari seluruh anggota untuk menjalankan disiplin anggaran atau fiskal agar tidak terjerumus seperti Yunani. Komunikasi dan koordinasi yang intensif harus dilakukan sehingga setiap anggota bisa mengetahui kemampuan fiskal anggota lainnya. Keempat, rasio defisit anggaran yang disetujui bersama. Jika menggunakan kesepakatan OECD, maka rasio defisit terhadap anggaran (APBN) yang ditolerir adalah maksimal sebesar 2,5%. Tidak boleh di atas ambang batas itu. Dengan demikian maka ketahanan fiskal atau anggaran setiap anggota dapat dijaga dengan optimal. Kelima, proporsi utang domestik dan luar negeri yang ideal. Tentu yang dimaksud ideal adalah rasio utang terhadap PDB hendaknya jangan melampaui 60% sebagai kesepakatan internasional. Jika ada anggota ASEAN yang memiliki rasio utang melebihi 60%, maka negara-negara lainnya harus siap membantu agar tidak terjadi gagal bayar (default) atas surat-surat utang yang diterbitkannya. Kegagalan bayar bisa memengaruhi penurunan peringkat sovereign risk negara tersebut. Keenam, penentuan tentang siapa yang layak menjadi pemimpin ASEAN. Mengacu kepada kawasan Euro, maka Jerman dan Perancis dengan dukungan perekonomian yang kuat sepertinya menjadi pemimpin bagi 17 negara anggota Euro. Untuk ASEAN, harus disepakati negara mana yang harus menjadi pemimpin. Solusi yang bisa diberikan untuk menciptakan keadilan adalah dilakukan secara bergiliran diantara anggota ASEAN untuk periode 2-3 tahun sekali.
            Dari gambaran di atas, sepertinya wacana pembentukan mata uang tunggal ASEAN masih jauh dari harapan. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dulu ketimbang menyelesaikan rencana penggunaan mata uang tunggal ASEAN. Lebih penting adalah menyiapkan diri memasuki ASEAN Economic Community pada tahun 2015 mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar